Bungkil Kacang Kedelai (BKK)
Bungkil Kacang Kedelai (BKK)[edit]
Bungkil Kacang Kedelai (BKK) adalah hasil sampingan dari proses ekstraksi minyak kedelai. Bahan pakan ini memiliki kandungan nutrisi tinggi, terutama protein, yang menjadikannya salah satu sumber protein terbaik untuk ternak ruminansia.
Kandungan Nutrisi[edit]
Berikut adalah rata-rata kandungan nutrisi BKK:
- Protein Kasar (PK): 44-48%
- Total Digestible Nutrients (TDN): 75-85%
- Serat Kasar: 6-7%
- Lemak: 1-2%
- Energi Metabolisme: 2.7-3.0 Mcal/kg
- Kalsium (Ca): 0.2%
- Fosfor (P): 0.6%
Palabilitas[edit]
Bungkil Kacang Kedelai memiliki tingkat palabilitas yang sangat baik untuk ternak, baik dalam bentuk utuh, campuran, maupun sebagai pelengkap dalam ransum. Rasanya yang netral dan aroma yang khas disukai oleh domba, kambing, dan sapi.
Keunggulan[edit]
1. Sumber Protein Tinggi: Cocok untuk meningkatkan performa produksi susu, daging, dan pertumbuhan ternak. 2. Peningkatan Konsumsi Pakan: Palabilitas tinggi mendorong ternak untuk mengonsumsi pakan lebih banyak. 3. Aman untuk Ternak Ruminansia: Kandungan antinutrisi seperti trypsin inhibitor telah dinonaktifkan melalui proses pemanasan.
Komposisi Maksimum dalam Ransum[edit]
BKK dapat digunakan dalam ransum dengan komposisi maksimum sebagai berikut:
- Ternak Ruminansia Dewasa: 20-25% dari total ransum.
- Ternak Pertumbuhan (Grower): 15-20% dari total ransum.
- Ternak Penggemukan (Fattening): 10-15% dari total ransum.
Peringatan[edit]
Penggunaan BKK yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan metabolisme protein dan ketidakseimbangan nutrisi. Oleh karena itu, formula ransum harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik ternak berdasarkan fase hidupnya.
Informasi Tambahan[edit]
Bungkil Kacang Kedelai harus disimpan di tempat yang kering dan bebas dari serangan jamur atau hama untuk menjaga kualitasnya. Hindari paparan kelembapan karena dapat menurunkan kadar nutrisi dan menyebabkan pembentukan mikotoksin.
Referensi[edit]
- NRC (Nutrient Requirements of Small Ruminants), 2007
- Data Nutrisi Lokal
- Pengalaman Praktis Peternak di Indonesia